Pengertian Nasional atau Nasionalisme

a.  Pengertian Nasional atau Nasionalisme

Secara  etimologis,  kata  nation  berakar  dari  kata  Bahasa  Latin  natio. Kata  natio  sendiri  memiliki  akar  kata  nasci,  yang  dalam  penggunaan klasiknya  cendrung  memiliki  makna  negatif  (peyoratif).   Ini  karena  kata nasci  digunakan  masyarakat  Romawi  Kuno  untuk  menyebut  ras,  suku, atau keturunan dari orang yang dianggap kasar  atau  yang tidak tahu adat menurut standar atau patokan moralitas Romawi. Padanan dengan bahasa Indonesia  sekarang  adalah  tidak  beradab,  kampungan,  kedaerahan,  dan sejenisnya. 

Kata  natio  dari  Bahasa  Latin  ini  kemudian  diadopsi  oleh  bahasa-bahasa  turunan  Latin  seperti  Perancis  yang  menerjemahkannya  sebagai nation,  yang  artinya  bangsa  atau  tanah  air.  Juga  Bahasa  Italia  yang memakai  kata  nascere  yang  artinya  “tanah  kelahiran”.  Bahasa  Inggris pun  menggunakan  kata nation untuk menyebut  “sekelompok  orang  yang dikenal  atau  diidentifikasi  sebagai  entitas  berdasarkan  aspek  sejarah, bahasa,  atau etnis yang  dimiliki  oleh mereka”  (The  Grolier  International Dictionary: 1992).

Pengertian  ini  jelas  mengalami  perubahan  karena  kata  nasion  dan nasionalisme  diadopsi  dan  dipakai  secara  positif  untuk  menggambarkan semangat  kebangsaan  suatu  kelompok  masyarakat  tertentu.  Di  bawah pengaruh semangat  pencerahan  (enlightenment),  kata  nasionalisme tidak lagi  bermakna negatif atau  peyoratif seperti  digunakan  dalam masyarakat Romawi  Kuno.  Sejak  abad  pencerahan  (zaman  pencerahan  atau  zaman Fajar  Budi  berlangsung  selama  abad  17–18),   kata  ini  mulai  dipakai secara  positif  untuk  menunjukkan  kesatuan  kultural  dan  kedaulatan politik dari suatu bangsa.

“Kesatuan  kultural”  dan  “kedaulatan  politik”  merupakan  dua  kata kunci yang  penting untuk  memahami  nasionalisme.  Nasionalisme  dalam pengertian  kedaulatan  kultural  akan  berbicara  mengenai  semangat kebangsaan  yang  timbul  dalam  diri  sekelompok  suku  atau  masyarakat karena  mereka  memiliki  kesamaan  kultur.  Di  sini  kita  berbicara mengenai  nasionalisme  bangsa  Jerman  atau  bangsa  Korea  atau  bangsa-bangsa  di  Eropa  Tengah  dan  Timur  yang  memiliki  kesamaan  kultur. Semangat  kebang-saan  atas  dasar  kesamaan  kultur  ini  telah  terbentuk sebelum terbentuknya suatu negara bangsa.

Mengacu  pada  pengertian  ini,  Indonesia  jelas  tidak  menganut  paham nasionalisme  dalam  artian  kesamaan  kultur.  Kita  memiliki  pluralitas budaya  dan etnis  yang memustahilkan kita  berbicara mengenai semangat kebangsaan atas dasar persamaan kultur. Masih dalam konteks pengertian ini,  sebenar-nya  wajar  saja  jika  orang  Aceh  berbicara  mengenai nasionalisme  Aceh,  demikian  pula  orang  Papua,  Maluku,  Jawa,  Batak, Bugis,  Makassar,  Bali,  Flores,  dan  sebagainya.  Nasionalisme  yang mereka  mak-sudkan  tentu  saja  adalah  semangat  kebangsaan  atas  dasar persamaan kultur ini, dan semangat ini tidak bisa dikatakan sebagai salah atau benar. Pengertian  kedua  adalah  nasionalisme  dalam  arti  kedaulatan  politik.

Berdasarkan  pengertian  ini,  suatu  kelompok  masyarakat  menentukan sikap  politik  mereka—atas  dasar  nasionalisme,  entah  nasionalisme kultural atau nasionalisme  politik—untuk memperjuangkan terbentuknya sebuah  negara  yang  independen.  Itu  berarti  baik  kelom-pok  masyarakat yang  memiliki  kesamaan  kultur  maupun  yang  multi  kultur  dapat memiliki  nasionalisme  dalam  artian  kedaulatan  politik  ini.  Menurut pengertian  ini,  Indonesia  termasuk  yang  memiliki  nasionalisme  dalam arti kedaulatan  politik.  Demikian  pula halnya  dengan  negara-negara  lain yang memiliki keragaman kultur.

Nasionalisme  dalam  arti  semangat  kebangsaan  karena  kesamaan kultur mula-mula mendasarkan dirinya pada persamaan-persamaan kultur yang  utama,  misalnya  kesamaan  darah  atau  keturunan,  suku  bangsa, daerah  tempat  tinggal,  kepercayaan  agama,  bahasa  dan  kebudayaan.

Ketika berkembang menjadi kedaulatan politik, nasionalisme merangkum atau  mengikutsertakan  nilai-nilai  lainnya  seperti  adanya  persamaan  hak bagi  setiap  orang  untuk  memegang  peranan  dalam  kelompok  atau masyarakatnya  serta  adanya  kepentingan  ekonomi.  Perkembangan  lebih lanjut  tentu  saja  adalah  adanya  hak  untuk  menentukan nasib  sendiri  (self determination)  dan  hak  untuk  tidak  dijajah  oleh  bangsa  lain  (freedom from slavery).  Dalam sejarah, tampak jelas bahwa hak  untuk mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan politik merupakan sebuah kesadaran baru  yang  dipengaruhi  oleh  revolusi  Prancis  tahun  1789.  Sementara  itu, hak  untuk menentukan  nasib  sendiri  dan  hak  untuk tidak  dijajah bangsa lain  telah  menjadi  dasar  nasionalisme  dari  negara-negara  Asia–Afrika dalam membebaskan diri dari penjajahan setelah Perang Dunia II.


b.  Pengertian menurut beberapa Tokoh 

•  Joseph Ernest Renan dari Prancis (1822–1892)

Nasionalisme  adalah sekelompok  individu  yang  ingin  bersatu  dengan individu-individu  lain  dengan  dorongan  kemauan  dan  kebutuhan psikis.  Sebagai  contoh  adalah  bangsa  Swiss yang  terdiri  dari  berbagai bangsa dan budaya dapat menjadi satu bangsa dan memiliki negara.                       

•  Otto Bauer (Jerman, 1882–1939)

Nasionalisme  adalah  kesatuan  perasaan  dan  perangai  yang  timbul karena persamaan nasib, contohnya nasionalisme negaranegara Asia.

•  Hans Kohn 

Nasionalisme  adalah  kesetiaan  tertinggi  yang  diberikan  individu kepada negara dan bangsa

•  Louis Snyder

Nasionalisme  adalah  hasil  dari  faktor-faktor  politis,  ekonomi,  sosial dan intelektual pada suatu taraf tertentu dalam  sejarah. Sebagai contoh adalah timbulnya nasionalisne di Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar