ETIKA TERHADAP BISNIS DAN PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, sejalan dengan prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut pelaku bisnis kerap menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.

Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis, meski perusahaan perusahaan tersebut memiliki code of conduct dalam berbisnis yang harus dipatuhi seluruh organ di dalam organisasi. Penerapan kaidah good corporate governace di perusahaan swasta, BUMN, dan instansi pemerintah juga masih lemah. Banyak perusahaan melakukan pelanggaran, terutama dalam pelaporan kinerja keuangan perusahaan.

Prinsip keterbukaan informasi tentang kinerja keuangan bagi perusahaan terdaftar BEJ misalnya seringkali dilanggar dan jelas merugikan para pemangku (stakeholders), terutama pemegang saham dan masyarakat luas lainnya. Berbagai kasus insider trading dan banyaknya perusahaan publik yang disuspend perdagangan sahamnya oleh otoritas bursa menunjukkan contoh praktik buruk dalam berbisnis. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam dengan alasan mengejar keuntungan setinggi-tingginya tanpa memperhitungkan daya dukung ekosistem lingkungan.

Bisa dibayangkan, dampak nyata akibat ketidak pedulian pelaku bisnis terhadap etika berbisnis adalah budaya korupsi yang semakin serius dan merusak tatanan sosial budaya masyarakat. Jika ini berlanjut, bagaimana mungkin investor asing tertarik menanamkan modalnya di negeri kita? Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang mengapa kesemua ini terjadi? Apakah para pengusaha tersebut tidak mendapatkan pembelajaran etika bisnis di bangku kuliah? Apa yang salah dengan pendidikan kita, karena seharusnya lembaga pendidikan berfungsi sebagai morale force dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dalam berbisnis?

Bagaimana sebenarnya etika bisnis diajarkan di sekolah kalaupun ada dan di perguruan tinggi? Etika bisnis merupakan mata kuliah yang diajarkan di lingkungan pendidikan tinggi yang menawarkan program pendidikan bisnis dan manajemen. Beberapa kendala sering dihadapi dalam menumbuh kembangkan etika bisnis di dunia pendidikan.

Pertama, kekeliruan persepsi masyarakat bahwa etika bisnis hanya perlu diajarkan kepada mahasiswa program manajemen dan bisnis karena pendidikan model ini mencetak lulusan sebagai mencetak pengusaha. Persepsi demikian tentu tidak tepat. Lulusan dari jurusan / program studi nonbisnis yang mungkin diarahkan untuk menjadi pegawai tentu harus memahami etika bisnis. Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha, termasuk dalam berinteraksi dengan stakeholders, termasuk tentunya karyawan.

Etika bisnis sebaik apa pun yang dicanangkan perusahaan dan dituangkan dalam pedoman perilaku,

tidak akan berjalan tanpa kepatuhan karyawan dalam menaati norma-norma kepatutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Kedua, pada program pendidikan manajemen dan bisnis, etika bisnis diajarkan sebagai mata kuliah tersendiri dan tidak terintegrasi dengan pembelajaran pada mata kuliah lain. Perlu diingat bahwa mahasiswa sebagai subjek didik harus mendapatkan pembelajaran secara komprehensif. Integrasi antara aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif dalam proses pembelajaran harus diutamakan. Sehingga masuk akal apabila etika bisnis aspek afektif sikap dalam hal ini disisipkan di berbagai mata kuliah yang ditawarkan. Ketiga, metode pengajaran dan pembelajaran pada mata kuliah ini cenderung monoton. Pengajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah langsung.

Kalaupun disertai penggunaan studi kasus, sayangnya tanpa disertai kejelasan pemecahan masalah dari kasus-kasus yang dibahas. Hal ini disebabkan substansi materi etika bisnis lebih sering menyangkut kaidah dan norma yang cenderung abstrak dengan standar acuan tergantung persepsi individu dan institusi dalam menilai etis atau tidaknya suatu tindakan bisnis. Misalnya, etiskah mengiklankan sesuatu obat dengan menyembunyikan informasi tentang indikasi pemakaian? Atau membahas moral hazard pada kasus kebangkrutan perusahaan sekelas Enron di Amerika Serikat. Keempat, etika bisnis tidak terdapat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

Nilai-nilai moral dan etika dalam berperilaku bisnis akan lebih efektif diajarkan pada saat usia emas (golden age) anak, yaitu usia 4–6 tahun. Karena itu, pengajarannya harus bersifat tematik. Pada mata pelajaran agama, misalnya, guru bisa mengajarkan etika bisnis dengan memberi contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW berdagang dengan tidak mengambil keuntungan setinggi langit. Kelima, orangtua beranggapan bahwa sesuatu yang tidak mungkin mengajarkan anak di rumah tentang etika bisnis karena mereka bukan pengusaha. Pandangan sempit ini dilandasi pemahaman bahwa etika bisnis adalah urusan pengusaha.

Padahal, sebenarnya penegakan etika bisnis juga menjadi tanggung jawab kita sebagai konsumen. Orangtua dapat mengajarkan etika bisnis di lingkungan keluarga dengan jalan memberi keteladanan pada anak dalam menghargai hak atas kekayaan intelektual (HaKI), misalnya dengan tidak membelikan mereka VCD, game software, dan produk bajakan lain dengan alasan yang penting murah. Keenam, pendidik belum berperan sebagai model panutan dalam pengajaran etika bisnis. Misalnya masih sering kita mendapati fenomena orangtua siswa memberi hadiah kepada gurunya pada saat kenaikan kelas dengan alasan sebagai rasa terima kasih dan ikhlas.

Pendidik menerima hadiah tersebut dengan senang hati dan dengan sengaja menunjukkan hadiah pemberian orangtua siswa tersebut kepada teman sejawatnya dengan memuji-muji nilai atau besaran hadiah tersebut. Tidakkah kita sadari, kondisi seperti ini akan memberikan kesan mendalam pada anak kita? Mengurangi praktik pelanggaran etika dalam berbisnis merupakan tanggung jawab kita semua. Sebagai pengusaha, tujuan memaksimalkan profit harus diimbangi peningkatan peran dan tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan turut melakukan pemberdayaan kualitas hidup masyarakat melalui program corporate social responsibility (CSR).

Pada saat kita berperan sebagai konsumen, seyogianya memahami betul hak dan kewajiban dalam menghargai karya orang lain. Orangtua harus menjadi model panutan engan memberikan contoh baik tentang perilaku berbisnis kepada anak sehingga kelak mereka akan menjadi pekerja atau pengusaha yang mengerti betul arti penting etika bisnis. Pemerintah sebagai regulator pasar turut berperan mengawasi praktik negatif para pelaku ekonomi. Sudah saatnya pemerintah mempertimbangkan etika bisnis termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Peran aktif para pelaku ekonomi ini pada akhirnya akan menjadikan dunia bisnis di Tanah Air surga bagi investor asing.

Kesimpulan komentar :

Dalam dua hal tersebut memang sangat saling terkait, karena dunia bisnis harus diawali dari dunia pendidikan (formal atau non formal), materi yang tawarkan atau diberikan oleh bangku pendidikan memang sangat variatif dalam hal penyampaiannya ada yang monoton dan ada yang mengeksplor materi tersebut. Tetapi yang jadi pembahasan kita adalah efek apa yang ditimbulkan oleh pendidikan etika bisnis dan pendidikan dibangku pendidikan formal maupun non formal.

Pada pembahasan paragraf terakhir artikel tersebut dijelaskan bahwa pendidikan etika bisnis haruslah perlu dipikirkan oleh pemerintah dari proses sampai dengan hasil yang diperoleh, dengan sistem tersebut etika bisnis sudah tentu dikenal oleh anak cucu bangsa sejak dini ( dari bangku Sekolah Dasar sampai dengan Perkuliahan) karena penanaman moral pada anak didik haruslah dari usia dini.

Oleh : Drs. Dedi Purwana E.S., M.Bus. Direktur Eksekutif the Indonesian Council on Economic Education (ICEE)

Keanekaragaman Kultur bangsa indonesia

Masyarkat majemuk terbentuk dari dipersatukan masyarakt-masyarakat suku bangsa oleh system nasional yang biasanya dilakukan secara paksa (by force) menjadi sebuah bangsa dalam wadah Negara. Dalam masyarakat majemuk manapun, mereka yang tergolong. 
Indonesia ditinjau dari aspek manapun merupakan sebuah bangsa yang majemuk. Ini terlebih jika dikontraskan dengan bangsa-bangsa lain seperti jepang, korea, Thailan, ataupun Anglo Saxon (Inggris).  Kemajemukan ini tampak dalam manifestasi kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak ‘satu”. Budaya Indonesia dapat dengan mudah dipecah ke dalam budaya jawa, Sunda, Batak, Minangkaau, atau pun toraja. 
Kemajemukan juga termanifestasi dalam masalah agama, lokasi domestic, tingkat ekonomi, ataupun perbedaan-perbedaan sikap politik. Sikap politik, secara khusus, paling mudah menampakkan diri ke dalam bentuk partai-partai politik yang bervariasi dan hidup berkembang di bumi Indonesia. 
Keanekaragaman Kultur Indonesia 
Yaitu mengkaji mengenai masyarakat majemuk ini signifikan terutama didalam masyarakat yang memang terdiri atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda. Maka dari itu Indonesia mengembangkan slogan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Slogan ini bersifat filosofis- politis. Oleh sebab itu tanpa adanya unsur pemersatu, akan mudah kiranya memecah belah kohesi untuk masyarakat yang mendalami sekujur kepulauan nusantara ini. 
Mengenai keanekaragaman kultur ini, Bhikhu Parekh membedakannya menjadi 3 yaitu :
1.    Keanekaragaman Subkultural adalah sutu kondisi dimana para anggota masyarakat memiliki satu kebudayaan umum yang luas dianut. 
2.    Keanekaragaman Perspektif adalah suatu kondisi dimana beberapa anggota masyatakat sangat krisis terhadap beberapa prinsip atau nilai-nilai sentral kebudayaan yang berlaku dan berusaha untuk menyatakannya kembali disempanjang garis kelompok yang sesuai.
3.    Keanekaragaman Manual adalah suatu kondisi sebagian besar masyarakat yang mencakup beberapa komunitas yang sadar diri dan terorganisasi dengan baik.
J.S. Furnivall termasuk orang yang pertama kali menyebut Indonesia selaku bangsa majemuk. Masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya adalah sedfemikian rupa, sehingga para anggota masyarakat kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan atau bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.4 
Ciri dari masyarakat majemuk adalah secara structural memiliki sub-sub kebudayaan yang bersifat diverse. Ia kurang mengalami perkembangan dalam hal sistem nilai atau consensus yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat. Kurang pula ditandai oleh berkembangnya sistem nilai dari kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya dengan penganutan para anggotanya masing-masing secara tegar dalam bentuknya yang relatif murni serta oleh sering timbulnya konflik-konflik sosial, atau  setidak-tidaknya oleh kurangnya integrasi dan saling ketergantungan di antara kesatuan-kesatuan sosial yang menjadi bagian-bagiannya.
Bagi seorang ahli Indonesia lain, Clifford Geerts, masyarakat majemuk adalah masrakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub system yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing subsistem terikat ke dalam ikatan-ikatan yang bersifat primodial. 



Hal yang menarik kemudian dinyatakan Pierre L. van den Bergehe seputar ciri dasar dari masyarakat majemuk ini, yaitu :

1.    Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok seringkali memiliki subkebudaya yang berbeda satu sama lain. 
2.    Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. 
3.    Kurang mengembangkan konsensus di antara anggotanya terhadap nilai-nilai  yang bersifat dasar. 
4.    Secara relative seringkalo mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. 
5.    Secara relatif integrasi social tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomim, serta 
6.    Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain. 

Masyarakat majemuk biasanya tersegmentasi ke dalam kelompok yang punya subkebudayaan yang saling berbeda. Ini mirip seperti yang diutarakan Bhikhu Parekh tentang Keanekaragaman Subkultur, Keanekararagaman Perspektif, dan Keanekaragaman Komunal. Misalkan saja, kultur-kultur masyarakat pesisir pantai Indonesia yang terbuka relative berbeda dengan kultur-kultur masyarakat pedalaman (pegunungan). Ini belum lagi ditambah dengan kultur-kultur etnis (Sunda, Batak, Jawa, Makassar) yang  memiliki “way of life” spesifik yang berbeda satu dengan lainnya. Sebab itu, konflik-konflik etnis seperti antara Dayak-Melayu-Madura di Kalimantang mudah sekali terpantik.
Tidak hanya Indonesia, Negara-negara lain pun turut “menderita” akibat masalah kemajemukan ini. Srilanka hingga kini didera pertikaian etnis Sinhala dan Tamil, dua suku bangsa besar di Negara tersebut. Spanyol, Negara Eropa, secara laten rentan dilanda pertikaian etnis Catalan dan Basque. Filipina mengalami potensi disintegrasi akibat perbedaan agama, misalnya kasus wilayah Moro yang dihuni penduduk Islam. Sama dengan Filipina, Thailand pun wilayah Pattani yang dihuni penduduk Islam hendak memisahkan diri. 
Untuk mengatasi kemajemukan Indonesia ini, secara historis founding fathers merumuskan Pancasila. Lima kalimat singkat dalam Pancasila digunakan sebagai basis consensus yang diyakini merupakan common will dari subkultur-subkultur yang hidup di masyarakat majemuk Indonesia. Sulit dibayangkan jika consensus dasar (Pancasila) ini kemudian berubah.
Nasikun menandaskan keragaman ini kemudian mengimbas pada aspek-aspek kehidupan lainnya. Dengan mengkontraskan antara apa yang ia sebut sebagai “masyarakat majemuk” (plural society) dengan “masyarakat homogen” (homogeneus society), Nasikun mengetengahkan beberapa konflik yang muncul akibat ketiadaan “common will” (kehendak bersama). Pada masyarakat homogeny, common will relative ada. Ini akibat serupanya asal usul etnis, agama, dan tata adat istiadat. Sementara pada masyarakat plural, common will menjadi suatu yang jarang akibat adanya perbedaan asal usul etnis, agama, dan tata adat istiadat (budaya).

No     Ethnic Group     Number    Percentage
1.    Javanese     83,865,724    41.71
2.    Sundanese     30,978,404    15.41
3.    Malay     6,946,040      3.45
4.    Madurese     6,771,727      3.37
5.    Batak    6,076,440      3.02
6.    Minangkabau     5,475,145      2.72
7.    Betawi     5,041,688      2.51
8.    Buginese     5,010,421      2.49
9.    Bantenese     4,113,162      2.05
10.    Banjarese     3,496,273     1.74
11.    Balinese     3,027,525     1.51
12.    Sasak     2,611,059     1.30
13.    Makassarese     1,982,187     0.99
14.    Cirebon     1,890,102     0.94
15.    Chinese     1,738,936     0.86
16.    Gorontalo/Hulandalo     974,175     0.48
17.    Acehnese     871,944     0.43
18.    Toraja     750,828     0.37
19.    Nias, kono niha     731,620     0.36
20.    Minahasa     659,209     0.33
21.    Boton, butung, Butong     578,231     0.29
22.    Atoni Metto    568,445     0.28
23.    Manggarai     566,428     0.28
24.    Bima     513,055     0.26
25.    Mandar     504,827     0.25
26.    Sumba, humba, Tau Humba     501,345     0.25
27.    Sambas     444,929     0.22
28.    Peminggir     426,723     0.21

Tabel di atas hanya menunjukkan 102 etnis saja. Padahal, menurut BPS, total etnis dan subetnis yang tersebar di Indonesia adalah 1.072. Dapat dibayangkan betapa bervariasinya budaya dan seberapa tinggi tingkat kemajemukan di Indonesia. 
Delapan etnis “besar” dalam populasi penduduk Indonesia adalah Jawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Betawi, Bugis, Banten, dan Banjar. Ini dengan memperhatikan ketersebaran etnis-etnis tersebut di wilayah provinsi Indonesia.
Selain itu, faktor yang turut menentukan besaran komposisi etnis di Indonesia adalah natalitasnya. Tidak seluruh etnis memiliki perkembangan tingkat kelahiran yang sama, seperti tampak pada table di bawah ini yang melukiskan tingkat pertambahan penduduk menurut etnis dari tahun 1930 hingga 2000:

Kelompok Etnis    Tingkat Natalitas
Indonesia keseluruhan     1.78
Melayu     2.84
Betawi     2.34
Batak     2.31
Sunda (termasuk Banten)     2.01
Banjar     1.94
Sunda (tidak termasuk Banten)     1.83
Bugis     1.69
Jawa     1.58
Minangkabau     1.45
Bali     1.43
Madura     0.65


Untuk lebih menjelaskan seputar kemajemukan Indonesia ini, ada baiknya dihaturkan table komposisi penduduk berdasarkan provinsi Indonesia sebagai berikut :7

No     PROVINSI     JUMLAH    PERSENTASE 
1.    Nanggroe Aceh Darussalam     3.929.234    1.91
2.    Sumatera Utara     11.642.490    5.66
3.    Sumatera Barat     4.241.605    2.06
4.    Riau     4.947.971    2.40
5.    Jambi     2.407.166    1.17
6.    Sumatera Selatan     6.899.057    3.35
7.    Bengkulu     1.563.804    0.76
8.    Lampung     6.730.751    3.27
9.    Bangka Belitung     899.968    0.44
10.    Jakarta     8.361.079    4.06
11.    Jawa Barat     35.724.092    17.36
12.    Jawa Tengah     31.223.259    15.17
13.    Yogyakarta     3.121.045    1.52
14.    Jawa Timur    34.765.998    16.80
15.    Banten     8.098.277    3.93
16.    Bali     3.150.058    1.53
17.    Nusa Tenggara Barat     4.008.601    1.95
18.    Nusa Tenggaea     3.823.154    1.86
19.    Kalimantan Barat     4.016.353    1.95
20.    Kalimantan Tengah     1.855.474    0.90
21.    Kalimantan Selatan     2.984.024    1.45
22.    Kalimantan Timur     2.451.895    1.19
23.    Sulawesi Utara     2.000.871    0.97
24.    Sulawesi Tengah     2.175.993    1.06
25.    Sulawesi Selatan     8.050.786    3.91
26.    Sulawesi Tenggara     1.820.378    0.88
27.    Gorontalo     833.495    0.40
28.    Maluku     1.163.122    0.57
29.    Papua     2.213.831    1.08
30    Maluku Utara     732.453    0.36
    TOTAL     205.843.196    100.00

Data yang digunakan adalah hasil sensus tahun 2000. Dapat dilihat persentase terbesar orang Indonesia tinggal di Provinsi Jawa Barat dengan 17,36% (35.724.092), disusul Jawa Timur dengan 16,89% (34.765.998), kemudian Jawa Tengah dengan 15.17% (31.223.259). Sementara, provinsi terjarang penduduknya adalah Maluku Utara dengan 0,36% (732.453).
Namun, komposisi di atas hanya merujuk pada wilayah domisili, bukan berdasar etnisitas. Studi yang dilakukan oleh Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin dan Aris Ananta menunjukkan populasi penduduk Indonesia berdasarkan 101 etnis

PROSES TERBENTUKNYA ALAM MENURUT ISLAM

 

A.   Proses Terbentuknya Alam Menurut Islam

Prinsip penting yang perlu kita kedepankan ketika membahas masalah azali (kejadian masa silam) atau masalah ghaib secara umum adalah tidak memberikan rincian tanpa bukti dan dalil yang shahih.Sebatas teori, tidak bisa dijadikan acuan. Karena Allah tidak akan menanyakan masalah ghaib yang kita tidak tahu dan yang tidak disebutkan dalam dalil.

Karena Allah ta’ala mencela memberikan komentar tentang masalah ghaib, yang tidak memiliki bukti.Diantaranya masalah proses penciptaan alam semesta. Dalam Alquran, Allah hanya memberikan keterangan global dan tidak rinci. Hanya dengan mengetahui secara global, tanpa menggali yang lebih rinci, itu sudah cukup bagi seorang muslim.

1.    Proses Penciptaan Alam Semesta dalam Alquran

Allah ta’ala menceritakan proses penciptaan alam semesta dalam Alquran. Ada yang bersifat global dan ada yang lebih rinci.Dalam penjelasan global, Allah menegaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi selama 6 hari.Allah tegaskan hal ini di tujuh ayat dalam Alquran. Diantaranya sebagai berikut:

a)    Surat al-A’raf:54

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ

Sesugguhnya Tuhan kalian, yaitu Allah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, kemudian Dia beristiwa di atas Arsy”.[1]

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan:Allah ta’ala memberitakan bahwasanya Dia telah menciptakan alam ini, langitnya, buminya, dan apa yang ada di antaranya dalam masa 6 hari yaitu hari Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at. Dan pada hari-hari itu berkumpul semua penciptaan serta pada hari itu (Jum’at) diciptakan Adam.[2]

Disamping penjelasan global, Allah juga memberikan penjelasan lebih rincin, di surat Fushilat (ayat 9 sampai 12), Dia berfirman,

b)    Surat Fushilat:9-12

قُلْ أَإِنَّكُمْ لَتَكْفُرُونَ بِالَّذِي خَلَقَ الْأَرْضَ فِي يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُونَ لَهُ أَنْدَاداً ذَلِكَ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.[3]

وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ*

Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan penghuninya dalam empat hari. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.[4]

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِين*

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglahkamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.[5]

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظاً ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua hari.Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.[6]

2.    Makna Kata “Hari”

Selanjutnya, kita akan memahami makna kata ‘hari’ yang disebutkan dalam berbagai ayat di atas.

Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah menyebutkan perbedaan pendapat ulama tentang makna ‘hari’ dalam ayat di atas. Beliau menyatakan ada dua pendapat ulama tentang makna kata ‘hari’ terkait penciptaan langit dan bumi,

Pendapat pertama, maknanya sebagaimana makna hari yang dikenal manusia, dimulai sejak terbit matahari hingga ter-benamnya matahari. Ini merupakan pendapat jumhur (mayoritas) ulama.

Pendapat kedua, bahwa satu hari dalam proses penciptaan alam semesta itu seperti 1000 tahun dalam perhitungan manusia. Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan dari Ibn Abbas, Mujahid, ad-Dhahak, Ka’b al-Ahbar, dan pendapat yang dipilih olehImam Ahmad sebagaimana keteragan beliau dalam ar-Rad ‘ala al-Jahmiyah.Pendapat ini pula yang dinilai kuat oleh Ibnu Jarir at-Thabari.[7]

Diantara ulama yang berpendapat bahwa satu hari sama dengan seribu tahun adalah al-Qurthubi. Beliau mengatakan dalam tafsirnya,

Dalam waktu 6 hari, maksudnya adalah hari di akhirat, bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun, karena besarnya penciptaan langit dan bumi.[8]

3.    Bumi atau Langit Dulu?

Ada dua hal yang perlu dibedakan terkait proses penciptaan langit dan bumi, pertama, mengawali penciptaan (Ibtida al-Khalqi) dan kedua, penyempurnaan penciptaan (Taswiyah al-Khalqi).

Di surat Fushilat ayat 9 hingga 12 di atas, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu sebelum langit. Sehingga, secara Ibtida al-Khalqi, bumi lebih awal dibandingkan langit.Namun penyempurnaan bumi (Taswiyah al-Khalqi), baru dilakukan setelah Allah menciptakan langit.

Ketika menafsirkan surat Fushilat di atas, Ibnu Katsir mengatakan:Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi terlebih dahulu, karena bumi ibarat pondasi.Dan pertama kali, harusnya dimulai dengan pondasi.Kemudian setelahnya adalah atap. Sebagaimana yang Allah firmankan,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian, kemudian Dia berkehendak (beristiwa) menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.[9]

Ibnu Katsir melajutkan dengen menjelaskan firman Allah di surat an-Nazi’at,

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا وَالأرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَا أَخْرَجَ مِنْهَا مَاءَهَا وَمَرْعَاهَا وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا مَتَاعًا لَكُمْ وَلأنْعَامِكُمْ

“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit?Allah telah membinanya,(27) Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya,(28) dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.(29) Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.(30) Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (31) Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (32) (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.(33)”.[10]

Dalam ayat ini disebutkn bahwa Dahyu al-Ardi (penyempurnaan bumi) dilakukan setelah menciptakan langit.Bentuk ad-Dahyu, ditafsirkan pada ayat, “Dia memancarkan dari bumi mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya”. Dan ini dilakukan setelah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, ini dilakukan sebelum penciptaan langit berdasarkan nash (dalil tegas).[11]

Selanjutnya, Ibnu Katsir menyebutkan keterangan dari Ibnu Abbas yang diriwayat Bukhari dalam Shahihnya.Dari Said bin Jubair bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Ibnu Abbas beberapa ayat yang menurutnya bertentangan, diantaranya firman Allah tentang penciptaan langit dan bumi.

Orang ini menanyakan:Di surat an-Nazi’at (ayat 27 – 30), Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan langit sebelum menciptakan bumi. Sementara di surat Fushilat (ayat 9 – 12) Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan bumi sebelum menciptakan langit.

Jawab Ibnu Abbas,Allah menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian Dia menciptakan langit. Kemudian dia beristiwa ke atas langit, lalu Allah sempurnakan langit dalam 2 hari yang lain. Kemudian Allah daha al-Ardha (menyempurnakan bumi).Bentuk penyempurnaan bumi adalah dengan Dia keluarkan dari bumi mata air, tumbuh-tumbuhan, Allah ciptakan gunung, benda mati, dataran tinggi, dan segala yang ada di antara langit dan bumi, dalam 2 hari.Itulah makna firman Allah, “Bumi dihamparkannya”. Sementara firman Allah, “Dia menciptakan bumi dalam 2 hari”. Diciptakanlah bumi dan segala isinya dalam 4 hari dan diciptakan semua langit dalam 2 hari.(HR. Bukhari secara Mu’allaq sampai al-Minhal, 16/85).[12]

Kesimpulan dari keterangan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,Allah menciptakan bumi 2 hari belum sempurna dan belum ada isinya.Kemudian menciptakan semua langit dalam 2 hari, dan terakhir Allah mengisi bumi dengan tumbuhan, gunung, benda-benda dalam 2 hari.

B.   Pandangan Orang yang tidak Beriman

1.    Teori Kabut (Nebula)

Dari jaman sebelum masehi, para ahli sudah memikirkan bagaimana proses terjadinya bumi. Dan salah satunya adalah teori kabut atau yang disebut nebula yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 serta Piere de Laplace pada tahun 1796. Dimana mereka berdua terkenal dengan teori kabut kant laplace[13]

Dalam teori tersebut mengatakan bahwa di dalam jagat raya terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut atau nebula. Dimana gaya tarik menarik antara gas yang kemudian membentuk kumpulan kabut yang sangat besar serta berputar semakin cepat.Dimana proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut dibagian khatulistiwa terlempar dan terpisah serta memadat yang disebabkan karena pendinginan.Pada bagian yang terlempar ini menjadi planet–planet di dalam tata surya. Teori nebula terbagi menjadi beberapa tahap .

Matahari beserta planet-planet yang masih berbentuk gas, dimana kabut yang masih sangat pekat dan besar.Kabut yang masih berputar serta berpilin dengan kuat dan pemadatan terjadi pada pusat lingkaran dan kemudian membentuk matahari.Lalu pada saat bersamaan materi lainnya membentuk menjadi massa yang lebih kecil dai pada matahari dan kemudian menjadi planet, serta bergerak memutari matahari.Kemudian materi tersebut semakin besar dan selalu melakukan gerakan yang teratur mengitari matahari dalam satu orbit yang tetap kemudian membentuk tingkatan keluarga matahari.

2.    Teori Planetisima

Sejak awal abad 20, Forest Ray Moulton seorang ahli astronomi asal amerika serta rekannya Thomas C.Chamberlain ahli geologi, mengemukakan teori planestisimalhypothesis, bahwa matahari terbentuk dari massa gas yang bermassa sangat besar, disaat ada bintang lain yang melintas dan sangat dekat dan hampir terjadinya tabrakan. Terlalu dekatnya lintasan mempengaruhi antara gaya gravitasi dengan dua bintang yang mengakibatkan tertariknya gas serta materi ringan yang ada pada bagian tepi.

Pengaruh gaya gravitasi menyebabkan materi terlempar dan meninggalkan permukaan matahari serta permukaan bintang. Materi yang terlempar menyusut serta membuat gumpalam planestimal[14].Kemudian planestimal dingin dan memadat yang membentuk planet yang mengitari matahari.

3.    Teori Pasang Surut Gas (Tidal)

Teori yang dikemukakan James Jeans dan Harold Jeffrey tahun 1918, bintang besar yang mendekati matahari dengan jarak pendek, yang pada akhirnya membuat pasang surut pada badan matahari, pada saat matahari dalam keadaan gas. Penyabab terjadinya pasang surut air laut adalah massa bulan serta jauhnya jarak antara bulan ke bumi 60 kali radius orbit di bumi.

Namun, jika bintang yang massanya mendekati masa besarnya dengan matahari  mendekat, lalu akan membentuk semacam gunung  gelombang pada badan matahari, yang terjadi karna gaya tarik bintang. Gunung-gunung tadi akan menjadi tinggi yang sangat luar biasa kemudian terbentuk semacam lidah pijar yang sangat besar, yang menjulur oleh massa matahari dan mengarah ke arah bintang besar. Lambat laun kolom-kolom ini akan pecah kemudian akan menjadi benda tersendirian.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi.Planet-planet akan mengelilingi matahari namun tetapi ketika mengelilingi planet-planet yang besar proses pendinginannya akan lambat sedangkan pada planet-planet kecil akan berjalan lebih cepat.[15]

4.    Teori Bintang Kembar

Teori yang dikemukakan seorang ahli astronomi R.A Lyttleton , teori ini menerangkan bahwa galaksi berawal dari kombinasi bintang kembar.

Dimana satu dari bintang itu meledak membuat banyak material yang terlempar, sedangkan bintang yang tidak meledak itu disebut matahari dan bintang yang meledak itu menjadi planet-planet yang mengelilingi matahari.

5.    Teori Big Bang

Teori big bang menjelaskan bahwa bumi berasal dari puluhan milyar tahun yang lalu.Dimana ada gumpalan kabut yang sangat besar berputar pada porosnya.Putaran itu memungkinkan bagian-bagian kecil terlempar sedangkan bagian besar menjadi satu dan menjadi pusat pembentukan cakram raksasa.

Gumpalan raksasa itu meledak dan mebentuk galaksi dan nebula-nebula. Sekitar 4,6 miliyar tahun Pembekuan yang terjadi membuat nebula-nebula membentuk galaksi bernama galaksi bima sakti dan kemudian terbentuk sistem tata surya. Bagian ringan yang terlempar membentuk gumpalan-gumpalan yang  memadat. Dan gumpalan itu membentuk planet-planet.

 

C.   Kesimpulan

Setelah kami membahas tentang Proses Terbentuknya Alam Menurut Ilmu.Pengetahuan Barat Dan Al-Qur’an, dapat kami simpulkan bahwa alam dan penghuninya adalah suatu ruangan yang maha besar yang didalamnya terdapat kehidupan yang biotik dan abiotik, serta didalamnya terjadi segala peristiwa alam baik yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak.

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Al-bidayah wan Nihayah, karya al-Imam al-Hafidz Abi al-Fida’ Ismail Ibnu Katsir al-Quraisy ad-Dimasyqi (701-774 H), cet I, th.1418 H/1997 M, Tahqiq ad-Duktur Abdullah bin Abdil Muhsin at-Turky, Markaz al-Buhus wad dirasat al-‘Arabiyyah wal Islamiyyah, Badaru Hijr.

Tafsir al-Qur’anul ‘Adzim, karya al-Imam al-Hafidz Abi al-Fida’ Ismail Ibnu Katsir al-Quraisy ad-Dimasyqi (701-774 H), cet II, th.1423 H/2002 M, Tahqiq Abdur Razzaq al-Hamdi, an-Nasyir.

Mawardi & Nur Hayati. 2000.IAD IBD ISD.Bandung: Pustaka Setia.



[1] QS.Al-A’raf, ayat:54.

[2] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, hal.165.

[3] QS.Fushilat, ayat:9.

[4]Ibid, ayat:10

[5]Ibid, ayat:11

[6]Ibid, ayat:12

[7] Ibnu Katsir, Binayah Wan Nihayah, hal. 1/15.

[8] Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, hal.7/219.

[9] QS.al-Baqarah, ayat:29.

[10] QS.an-Nazi’at, ayat:27-33.

[11] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,hal.7/165.

[12] Ibid, hal.468-470.

[13] Mawardi & Nurhayati, IAD IBD ISD, hal.30.

[14] Ibid, hal.31.

[15] Ibid, hal.33.

Pengertian Idiologi Liberalisme

1.      Liberal (isme)
Kata liberal berasal dari kata Latin “libber” yang artinya bebas, bebas atau merdeka, bandingkan dengan kata liberty, kemerdekaan. Ensiklopedia Britannica 2001 Deluxe Edition CD-Rom, menjelaskan bahwa kata liberal diambil dari bahasa Latin “libber”, free. Liberalisme secara etimologis, berarti falsafah politik yang menekankan nilai kebebasan individu dan peran negara dalam melindungi hak-hak warganya. Oxford English Dictionary menerangkan bahwa perkataan liberal telah lama ada dalam bahasa Inggris dengan makna sesuai dengan untuk orang bebas, besar, murah hati murah hati dalam seni liberal.
Dalam Islam, khususnya ranah politiknya, terdapat dua jenis liberalisme, pertama, kelompok yang berpandangan bahwa ide negara Islam liberal dimungkinkan dan diperlukan karena Islam memiliki semangat yang demokratis dan liberal, dan terutama, karena di bidang politik, Islam tidak banyak memiliki ketentuan khusus. Sedikit atau tidak, memiliki ketentuan mengenai lembaga politik, dan tidak banyak tuntunan keagamaan yang diwajibkan pengalamannya kepada otoritas politik masa kini atau unsur-unsur dibawanya (Binder, Islamic, hlm. 243.)
 Elemen-elemen yang terkait dalam liberalisme antara lain adalah sekularisme, modernitas, demokrasi, pluralisme dan HAM.
1.      Sekularisme
Sekularisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan agama tertentu.
2.      Modernitas
Modernitas zaman modern di Eropa ditandai oleh hilangnya lembaga-lembaga politik warisan abad Pertengahan. Orthodoxy dominan dalam masyarakat, yaitu kalangan bangsawan dan agamawan, sementara itu, pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan ikut mengubah cara hidup (way of life) manusia secara drastis (Rifyal Ka'bah, “Modernisme dan Fundamentalisme Ditinjau dari Konteks Islam”, dalam Jurnal Ulumul Qur'an (nomor 1, Volume V Tahun 1994), hlm. 25.).
Modernitas yang muncul di Barat pada dasarnya berintikan pandangan dunia, weltanschauung, yang berorientasi pada kemajuan. Modernitas adalah upaya untuk bisa keluar dari era kegelapan Barat Abad Pertengahan. Proyek modernitas yang bermuara pada kapitalisme dan individualisme serta kebangkitan Barat terangkum dalam apa yang disebut grand-narrative, misalnya, bahwa pengetahuan senantiasa bersifat obyektif, netral, bebas nilai; bahwa manusia merupakan subyek, sementara alam menjadi obyek; bahwa pengetahuan kita terhadap realitas adalah positif.
3.      Demokrasi
Walaupun istilah demokratis telah dikenal sejak abad ke-5 Masehi sebagai respons terhadap pengalaman buruk monarki dan kediktatoran di negara-negara kota Yunani Kuno, namun ide-ide dekorasi modern baru berkembang dimulai pada abad ke-16 Masehi. Tradisi tersebut adalah ide-ide skularisme yang diprakarsai oleh Niccolo Machiavelly (1469-1527) (Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual Muda Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993) (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. 71-72.)
4.      Pluralisme
Dalam The Oxford English Dictionary, pluralisme berarti sebuah watak untuk menjadi plural, dan dalam ilmu politik didefinisikan sebagai:
a)      Sebuah teori yang menentang kekuasaan monolitik negara dan bahkan menganjurkan untuk meningkatkan pelimpahan dan otonomi organisasi-organisasi utama yang mewakili keterlibatan seseorang dalam masyarakat. Juga percaya bahwa kekuasaan harus dibagi di antara partai-partai politik yang ada.
b)      Keberadaan toleransi keragaman kelompok-kelompok etnis dan budaya dalam suatu masyarakat atau negara, keragaman kepercayaan atau sikap yang ada pada sebuah badan atau institusi, dan sebagainya (J.A. Simpson dan E.S.C. Wiener, The Oxford English Dictionary Vol. XI, (Oxford: Clarendon Press, Edisi ke-2, 1989), hlm. 1089.).
5.      Hak Asasi Manusia
Manusia diciptakan dengan dikaruniai hak dan kewajiban. Hak itu yang merupakan hak biasa dan ada pula hak asasi. Hak asasi manusia bersifat umum tetapi selalu bersandar pada dua hal yang sangat mendasar, yaitu kebebasan dan persamaan.
Dalam Al-Qur'an terdapat ayat, yakni Surat Al-Isra’ [17] ayat 70, yang isinya mengandung pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai hak dasar yang diberikan oleh Allah. Prinsip ini meliputi tiga hal pokok, yaitu persamaan manusia, martabat manusia, dan kebebasan manusia.
Dari paparan di atas, setidaknya bisa ditarik benang merah point penting, bahwa liberal dan liberalisme memiliki beberapa aspek atau unsur penting, yakni memberikan kebebasan individu untuk (1) beragama dan menganut keyakinan; (2) berpendapat atau mengeluarkan opini; (3) berperilaku; serta (4) berkaitan dengan kepemilikan.

PENUTUP
Kesimpulan
1.      Liberalisme secara etimologis berarti falsafah politik yang menekankan nilai kebebasan individu dan peran negara dalam melindungi hak-hak warga negaranya.
2.      Sekularisme, sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan.
3.      Modernitas, kalangan bangsawan dan agamawan, sementara itu pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan.
4.      Demokrasi, telah dikenal sejak abad ke-5 Masehi sebagai respons terhadap pengalaman buruk monarki dan kediktatoran di negara.
5.      Pluralisme, teori yang menentang kekuasaan monolitik negara dan bahkan menganjurkan untuk meningkatkan pelimpahan.


DAFTAR PUSTAKA
Dr. Phil. H.M. Setiawan Nurcholis, 2008, Akar-Akar Pemikiran Progresif dalam Kajian Al-Qur'an, Depok Sleman Yogyakarta: Penerbit eLSAQ Press Komplek POLRI Blok D2 No. 186 Gowok.

konsep asuhan keperawatan apendisitis

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS

I.                   PENGERTIAN

Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendisits verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997)

 

II.                ETIOLOGI

Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh:

a.       Fekalis/ massa keras dari feses

b.      Tumor, hiperplasia folikel limfoid

c.       Benda asing

 

III.             PATOFISIOLOGI

Appendisitis yang terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif dalam beberapa jam, trlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. 

IV.             PATHWAYS

 

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDISITIS

V.                TANDA DAN GEJALA

·      Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

·      Mual, muntah

·      Anoreksia, malaisse

·      Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney

·      Spasme otot

·      Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

 

VI.             PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

·      Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75%

·      Urinalisis         : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada

·      Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir

·      Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah

(Doenges, 1993; Brunner & Suddart, 1997)

 

VII.          KOMPLIKASI

·      Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks

·      Tromboflebitis supuratif

·      Abses subfrenikus

·      Obstruksi intestinal

 

VIII.       PENATALAKSANAAN

·      Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan

·      Antibiotik  dan cairan IV diberikan sampai pembedhan dilakukan

·      Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan

Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

(Brunner & Suddart, 1997)

 

IX.             PENGKAJIAN

1.      Aktivitas/ istirahat: Malaise

2.      Sirkulasi : Tachikardi

3.      Eliminasi

·         Konstipasi pada  awitan awal

·         Diare (kadang-kadang)

·         Distensi abdomen

·         Nyeri tekan/lepas abdomen

·         Penurunan bising usus

4.      Cairan/makanan : anoreksia, mual, muntah

5.      Kenyamanan

Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam

6.      Keamanan : demam

7.      Pernapasan

·      Tachipnea

·      Pernapasan dangkal

(Brunner & Suddart, 1997)

 

X.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1.      Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi,peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi

Tujuan : tidak terjadi infeksi

Kriteria:

·      Penyembuhan luka berjalan baik

·      Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen

·      Tekanan darah >90/60 mmHg

·      Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal

·      Abdomen lunak, tidak ada distensi

·      Bising usus 5-34 x/menit

Intervensi:

a. Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat

b.      Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal

c.       Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus

d.      Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik

e.       Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema

f.       Kolaborasi: antibiotik

 

2.      Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh onflamasi, adanya insisi bedah

Kriteria hasil:

·         Persepsi subyektif tentang nyeri menurun

·         Tampak rileks

·         Pasien dapat istirahat dengan cukup

Intervensi:

a.       Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri

b.      Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler

c.       Dorong untuk ambulasi dini

d.      Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang

e.       Hindari tekanan area popliteal

f.       Berikan antiemetik, analgetik sesuai program

3.      Resiko tinggi kekurangan cairan tubuhb.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi

Kriteria hasil;

·      Membran mukosa lembab

·      Turgor kulit baik

·      Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg BB/jam

·      Tanda vital stabil

Intervensi:

a.       Awasi tekanan darah dan tanda vial

b.      Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill

c.       Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi

d.      Auskultasi bising usus. Catat kelancara flatus

e.       Berikan perawatan mulut sering

f.       Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi

g.      Berikan cairan IV dan Elektrolit

 

4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan  b.d kurang informasi

Kriteria:

·   Menyatakan pemahamannya tentang proese penyakit, pengobatan

·   Berpartisipasidalam program pengobatan

Intervensi

a.       Kaji ulang embatasan aktivitas paska oerasi

b.      Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahatperiodik

c.       Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan mandi

d.      Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka, adanya drainase

(Doenges, 1993)

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

1.      Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

 

2.      Price, SA, Wilson,LM. (1994). Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4. Jakarta. EGC

 

3.      Smeltzer, Bare (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.  Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC

 

4.      Swearingen. (1996). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2. K\Jakarta. EGC