Keterkaitan Identitas Nasional dengan Globalisasi

 Keterkaitan Identitas Nasional dengan Globalisasi

Identitas  nasional  pada  hakikatnya  merupakan  manifestasi  nilai-nilai budaya  yang  tumbuh  dan  berkembang  dalam  berbagai  aspek  kehidupan  suatu  bangsa  dengan  ciri-ciri  khas.  Dengan  ciri-ciri  khas  tersebut,  suatu  bangsa  berbeda  dengan  bangsa  lain  dalam  hidup  dan  kehidupannya. Diletakkan  dalam  konteks  Indonesia,  maka  Identitas  Nasional  itu merupakan  manifestasi  nilai-nilai  budaya  yang  sudah  tumbuh  dan  berkembang  sebelum  masuknya  agama-agama  besar  di  bumi  nusantara  ini  dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan acuan  Pancasila  dan  roh  Bhinneka  Tunggal  Ika  sebagai  dasar  dan  arah  pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Dengan  perkataan  lain,  dapat  dikatakan  bahwa  hakikat  identitas  asional  kita sebagai  bangsa di dalam hidup dan kehidupan  berbangsa  dan bernegara  adalah  Pancasila  yang  aktualisasinya  tercermin  dalam  berbagai  penataan kehidupan  kita  dalam  arti  luas,  misalnya  dalam  Pembukaan  beserta  UUD  kita,  sistem  pemerintahan  yang  diterapkan,  nilai-nilai  etik,  moral,  tradisi, bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu dikemukaikan  bahwa  nilai-nilai  budaya  yang  tercermin  sebagai  Identitas Nasional  tadi  bukanlah  barang  jadi  yang  sudah  selesai  dalam  kebekuan  normatif  dan  dogmatis,  melainkan  sesuatu  yang  terbuka-cenderung  terus  menerus bersemi sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang  dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi  dan  implikasinya  adalah  identitas  nasional  juga  sesuatu   yang  terbuka,  dinamis,  dan  dialektis  untuk  ditafsir  dengan  diberi  makna  baru  agar  tetap  relevan  dan  funsional  dalam  kondisi  aktual  yang berkembang dalam masyarakat.   Krisis  multidimensi  yang  kini  sedang  melanda  masyarakat  kita  menyadarkan  bahwa  pelestarian  budaya  sebagai  upaya  untuk mengembangkan  Identitas Nasional  kita  telah ditegaskan  sebagai komitmen konstitusional  sebagaimana dirumuskan oleh  para pendiri negara kita dalaM Pembukaan,  khususnya  dalam  Pasal  32  UUD  1945  beserta  penjelasannya,

yaitu : “Pemerintah memajukan Kebudayan Nasional Indonesia “ yang diberi penjelasan :

”  Kebudayan  bangsa  ialah  kebudayaan  yang  timbul  sebagai  buah  usaha budaya  rakyat  Indonesia  seluruhnya.  Kebudayaan  lama  dan  asli  terdapat Bebagi  puncak-puncak  kebudayaan  di  daerah-daerah  seluruh  Indonesia, terhitung  sebagai  kebudayaan  bangsa.  Usaha  kebudayaan  harus  menuju  ke arah  kemajuan  adab,  budaya  dan  persatuan  dengan  tidak  menolak  bahan- bahan  baru  dari  kebudayaan  asing  yang  dapat  memperkembangkan  atau memperkaya  kebudayaan  bangsa  sendiri  serta  mempertinggi  derajat kemanusiaan bangsa Indonesia “.

Kemudian  dalam  UUD  1945  yang  diamandemen  dalam  satu  naskah disebutkan dalam Pasal 32

a.  Negara  memajukan  kebudayan  Nasional  Indonesia  di  tengah  peradaban

dunia  dengan  menjamin  kebebasan  masyarakat  dalam  memeliharra  dan mengembangkan nilai-nilai budaya.

b.  Negara  menghormati  dan  memelihara  bahasa  daerah  sebagai  kekayaan budaya nasional.

Dengan demikian secara konstitusional, pengembangan kebudayan untuk membina  dan mengembangkan  identitas nasional kita telah  diberi dasar dan arahnya,  terlepas  dari  apa  dan  bagaimana  kebudayaan  itu  dipahami  yang  dalam khasanah  ilmiah terdapat  tidak  kurang  dari  166 definisi sebagaimana dinyatakan oleh Kroeber dan Klukhohn di tahun 1952.

Kata  "globalisasi"  diambil  dari  kata  global,  yang  maknanya  ialah   universal.  Globalisasi belum memiliki  definisi  yang  mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition),  sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya.  Ada  yang  memandangnya  sebagai  suatu  proses  sosial,  atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara  di  dunia  makin  terikat  satu  sama  lain,  mewujudkan  satu  tatanan kehidupan  baru  atau  kesatuan  ko-eksistensi  dengan  menyingkirkan  batas- batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.Globalisasi  mempengaruhi  hampir semua  aspek  yang ada di  masyarakat,  termasuk  diantaranya  aspek  budaya.  Kebudayaan  dapat  diartikan  sebagai nilai-nilai  (values)  yang  dianut  oleh  masyarakat  ataupun  persepsi  yang   dimiliki  oleh  warga  masyarakat  terhadap  berbagai  hal.  Baik  nilai-nilai maupun  persepsi  berkaitan  dengan  aspek-aspek  kejiwaan/psikologis,  yaitu apa  yang  terdapat  dalam  alam  pikiran.

Aspask-aspek  kejiwaan  ini  menjadi   penting  artinya  apabila  disadari,  bahwa  tingkah  laku  seseorang  sangat  dipengaruhi  oleh  apa  yang  ada  dalam  alam  pikiran  orang  yang  bersangkutan.  Sebagai  salah  satu  hasil  pemikiran  dan  penemuan  seseorang  adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.  Globalisasi  sebagai  sebuah  gejala  tersebarnya  nilai-nilai  dan  budaya tertentu  keseluruh  dunia  (sehingga  menjadi  budaya  dunia  atau  world culture)  telah  terlihat  semenjak  lama.  Cikal  bakal  dari  persebaran  budaya  dunia  ini  dapat  ditelusuri  dari  perjalanan  para  penjelajah  Eropa  Barat  ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ). Namun,  perkembangan  globalisasi  kebudayaan  secara  intensif  terjadi  pada  awal  ke-20  dengan  berkembangnya  teknologi  komunikasi.  Kontak  melalui media  menggantikan  kontak fisik  sebagai  sarana utama komunikasi antarbangsa.  Perubahan  tersebut  menjadikan  komunikasi  antarbangsa  lebih mudah  dilakukan,  hal   ni  menyebabkan  semakin  cepatnya  perkembangan globalisasi kebudayaan.

Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan

a.  Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

b.  Penyebaran  prinsip  multikebudayaan (multiculturalism),  dan  kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

c.  Berkembangnya turisme dan pariwisata.

d.  Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

e.  Berkembangnya  mode  yang  berskala  global,  seperti  pakaian,  film  dan lain lain.

f.  Bertambah  banyaknya  event-event  berskala  global,  seperti  Piala  Dunia FIFA.

Munculnya arus globalisme yang dalam hal ini  bagi sebuah Negara  yang sedang  berkembang akan  mengancam  eksistensinya sebagai  sebuah  bangsa. Sebagai  bangsa  yang  masih  dalam  tahap  berkembang  kita  memang  tidak suka  dengan  globalisasi  tetapi  kita  tidak  bisa  menghindarinya.  Globalisasi harus kita  jalani  ibarat kita  menaklukan  seekor  kuda  liar  kita yang  berhasil menunggangi  kuda  tersebut  atau  kuda  tersebut  yang  malah  menunggangi kita.  Mampu  tidaknya  kita  menjawab  tantangan  globalisasi  adalah bagaimana  kita  bisa  memahami  dan  malaksanakan  Pancasila  dalam  setiap kita berpikir dan bertindak. Persolan  utama  Indonesia  dalam  mengarungi  lautan  Global  ini  adalah masih  banyaknya  kemiskinan,  kebodohan  dan  kesenjangan  sosial  yang  masih  lebar.  Dari  beberapa  persoalan  diatas  apabila  kita  mampu  memaknai kembali Pancasila dan kemudian dimulai dari diri kita masing-masing untuk bisa  menjalankan  dalam  kehidupan sehari-hari, maka globalisasi  akan dapat kita arungi dan keutuhan NKRI masih bisa terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar