Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional

Bangsa  Indonesia  sebagai  salah  satu  bangsa  dari  masyarakat internasional,  memilki  sejarah  serta  prinsip  dalam  hidupnya  yang  berbeda dengan bangsa-bangsa lain  di dunia.  Tatkala bangsa Indonesia  berkembang menujufase  nasionalisme modern, diletakanlan  prinsip-prinsip  dasar filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernagara.   Prinsip-prinsip  dasar  itu  ditemukan  oleh  para  pendiri  bangsa  yang diangkat dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi  suatu  prinsip  dasar  filsafat  Negara  yaitu  Pancasila.  Jadi,  filsafat suatu  bangsa  dan  Negara  berakar  pada  pandangan  hidup  yang  bersumber pada kepribadiannya sendiri.  Dapat pula  dikatakan pula bahwa pancasila  sebagai dasar filsafat bangsa dan  Negara  Indonesia pada  hakikatnya  bersumber kepada nilai-nilai budaya dan  keagamaan  yang  dimiliki  oleh  bangsa  Indonesia  sebagai  kepribadian bangsa.  Jadi,  filsafat  pancasila  itu  bukan  muncul  secara  tiba-tiba  dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas Nasional.  Menurut sumber lain :

disebutkan  bahwa:  kegagalan  dalam  menjalankan  dan  medistribusikan output  berbagia  agenda  pembangnan  nasional  secaralebih  adil  akan berdampak  negatif  pada  persatuan  dan  kesatuan  bangsa.  Pada  titik  inilah semangat  Nasionalisme  akan  menjadi  slah  satu  elemen  utama  dalam memperkuat  eksistensi  Negara/Bangsa.  Study  Robert  I  Rotberg  secara eksplisit  mengidentifikasikan  salah  satu  karakteristik  penting Negara  gagal (failed  states)  adalah  ketidakmampuan  negara  mengelola  identitas  Negara    yang  tercermin  dalam  semangat  nasionalisme  dalam  menyelesaikan berbagai persoalan nasionalnya. Ketidakmampuan ini dapat memicu intra dan interstatewar secara hamper bersamaan.  Penataan,  pengelolaan,  bahkan  pengembangan  nasionalisme dalam  identitas  nasional,  dengan  demikian  akan  menjadi  prasyarat  utama bagi  upaya  menciptakan  sebuah  Negara  kuat  (strong  state).  Fenomena globalisasi  dengan  berbagai  macam  aspeknya  seakan  telah  meluluhkan batas-batas  tradisional  antarnegara,  menghapus  jarak  fisik  antar  negara  bahkan  nasionalisme  sebuah  negara.  Alhasil,  konflik  komunal  menjadi fenomena umum  yang  terjadi  diberbagai  belahan  dunia, khususnya  negara- negara berkembang.  Konflik-konflik  serupa  juga  melanda  Indonesia.  Dalam  konteks Indonesia,  konflik-konflik  ini  kian  diperuncing  karekteristik  geografis Indonesia. Berbagai tindakan  kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen etnonasionalis yang terjadi  di  berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian  internasional.  Nasionalisme  bukan  saja  dapat  dipandang  sebagai sikap  untuk  siap  mengorbankan  jiwa  raga  guna  mempertahankan  Negara dan  kedaulatan  nasional,  tetapi  juga  bermakna  sikap  kritis  untuk  member  kontribusi positif terhadap segala aspek pembangunan nasional.  Dengan  kata  lain,  sikap  nasionalisame  membutuhkan  sebuah  wisdom dalam  mlihat  segala  kekurangan  yang  masih  kita  miliki  dalam  kehidupan bermasyarakat,  berbangsa,  dan  bernegara,  dan  sekaligus  kemauan  untuk terus mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita nasional. Makna  falsafah  dalam  pembukaan  UUD  1945,  yang  berbunyi  sebagai berikut:


a.  Alinea pertama menyatakan:  “Bahwa  sesungguhnya  kemerdekaan  itu  hak  segala  bangsa  dan  oleh sebab  itu maka  penjajahan  di atas dunia harus  dihapuskan ,  karena tidak sesuai  dengan  perikemanusiaan  dan  perikeadilan.  Maknanya, kemerdekaan  adalah  hak  semua  bangsa  dan  penjajahan  bertentangan dengan hak asasi manusia.

b.  Alinea kedua menyebutkan: “  dan  perjuangan  kemerdekaaan  Indonesia  telah  sampailah  kepada  saat yang  berbahagia dengan  selamat  sentosa  mengantarkan  rakyat  Indonesia kepada  depan  gerbang  kemerdekaan  Negara  Indonesia  yang  merdeka,berdaulat,  adil, dan makmur. Maknanya:  adanya masa depan  yang harus  diraih (cita-cita).

c.  Alinea ketiga menyebutkan:  “  atas  berkat  rahmat  Allah  yang  maha  kuasa  dan  dengan  didorong  oleh keinginan  luhur  supaya  berkehidupan  kebangsaan  yang  bebas  maka rakyat  Indonesia  menyatakan  dengan  ini  kemerdekaannya.  Maknanya, bila  Negara  ingin  mencapai  cita-cita  maka  kehidupan  berbangsa  dan bernegara  harus  mendapat  ridha  Allah  SWT  yang  merupakan  dorongan spiritual. 

d.  Alinea keempat menyebutkan:  “  kemudian  daripada  itu  untuk  membentuk  suatu  pemerintahan  Negara Indonesia  yang  melindungi  segenap  bangsa  Indonesia  dan  seluruh  tumpah  darah  Indonesia  dan  untuk  memajukan  kesejahteraan  umum, menmcerdaskan  kehidupan  bangsa,  dan  ikut  melaksanakan  ketertiban dunia  yang  berdasarkan  kemerdekaan,  perdamaian  abadi  dan  keadilan sosial,  maka  disusunlah  kemerdekaan  kebangsaan  Indonesia  itu  dalam susunan  Negara  republik  Indonesia  yang  berkedaulatan  rakyat  dan berdasarkan  kepada:  ketuhanan  yang  maha  esa,  kemanusiaan  yang  adil dan  beradab,  persatuan  Indonesia  dan  kerakyatan  yang  dipimpin  oleh hikmat  kebijaksanaan  dalam  permusyawaratan/perwakilan,  serta  dengan mewujudkan  keadilan  sosial  bagi  seluruh  rakyat  Indonesia.  Alinea  ini mempertegas cita-cita yang  harus  dicapai oleh bangsa Indonesia  melalui wadah Negara kesatuan republik Indonesia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar