MAKALAH
GEOLOGI TANAH SUNDA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas taufik,rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang geologiTanah Sunda sebagai tugas pada mata kuliah Geologi Regional Indonesia dengan dosen pembimbing
Makalah ini dibuat didasarkan pada keingintahuan akan Indonesia dan kawasan biogeografi(khususnya Tanah Sunda) yang sangat mempunyai peranan penting dalam sejarah geologi perkembangan Geologi di Indonesia.
Semoga makalah Struktur Geologi Tanah Sunda yang kami buat dapat bermanfaat untuk semua
pihak dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pengetahuan geologi yang
ada di Indonesia. Sekali lagi terima kasih kami haturkan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah.
Penulisan makalah ini saya ambil dari media elektronidan
buku namun masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran untuk memperbaiki tugas-tugas berikutnya.Kami harap makalah
ini dapat bermanfaat bagi Kami selaku penulis dan bagi para
pembaca pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dataran Sunda, yaitu dataran pada masalampau (masa
glasial) yang terbentang dari Barat keTimur antara Lembah Brahmanadapura di
Myanmar sekaranghingga Maluku.Begitu pula dikenal istilah Sunda Besar yang
meliputipulau-pulau: Sumatera, Kalimantan, Pulau Jawa, danPulau Madura. Serta
Sunda Kecil yangterdiridaripulau-pulau: Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
danTimor (sekarang wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur, dan
Timor Timur).
B. Rumusan
Masalah
1. Apa saja yang
termasuk dalam geologi tanah sunda?
2. Apa yang
dimaksud busur sunda,palung sunda,dan dangkalan sunda?
3. Bagaimana
tatanan tektonik di tanah sunda?
C. Tujuan
1. Mengetahui
apa saja yang termasuk dalam geologi tanah sunda.
2. Mengetahui
apa yang dimaksud busur sunda,palung sunda,dan dangkalan sunda.
3. Mengetahui
tatanan tektonik di tanah sunda.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TANAH SUNDA
Tanah Sunda/Dataran Sunda, yaitu dataran pada masalampau
(masa glasial) yang terbentang dari Barat keTimur antara Lembah Brahmanadapura
di Myanmar sekaranghingga Maluku. Begitu pula dikenal istilah Sunda Besar yang
meliputipulau-pulau: Sumatera, Kalimantan, Pulau Jawa, danPulau Madura. Serta
Sunda Kecil yang terdiridaripulau-pulau: Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores,
danTimor (sekarang wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur, dan
Timor Timur).
B. DANGKALAN SUNDA
Istilah dalam geologi Indonesia untuk menamai dataranatau
paparan Indonesia barat; meliputi Pulau Kalimantan, Pulau Sumatra dan
pulau-pulau serta
dasar laut transgresi (laut Jawa, Laut Natuna, dibagian
selatan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka);sebelum Zaman Pleistosen menjadi
satu kesatuan dengan
benua Asia.
Batas daerah dangkalan Sunda di sebelah timur
yaitu"Garis Wallace" garis yang melintang mulai dariperairan Timur
Pulau Mindanau (Filipina) terus ke laut
Sulawesi, Selat Makasar, Selat Lombok dan berakhir
diSamudera Indonesia. Laut-laut transgresi di wilayahDangkalan Sunda
berkedalaman rata-rata 200 m.
C. BUSUR SUNDA
Terletak di tepi Asia Tenggara dan terbentang mulai dari
kepulauan Andaman-Nicobar di barat sampai busur Banda (Timor) di timur. Busur
Sunda merupakan busur kepulauan hasil dari interaksi lempengsamudera (disini
lempeng India-Australia yang bergerak ke utaradengan kecepatan 7 cm pertahun)
yang menunjam di bawah lempengbenua (Lempeng Eurasia).Penunjaman lempeng
terjadi di selatan busur Sunda berupa palung (trench) yang dikenal sebagai
palung Jawa.Disamping itu, penunjaman lempeng juga menghasilkan sepasang busurvolkanik
dan non-volkanik.
Busur volkanik terdiri dari rangkaian gunungberapi yang
menjadi tulang punggung pulau-pulau busurSunda,sedangkan busur nonvolkanik
merupakan rangkaian pulau-pulau yangterletak di sisi samudera busur
volkaniknya.Rangkaian pulau seperti Siberut, Simeleu, Nias di barat
Sumatramerupakan bagian busur non-volkanik yang muncul ke permukaan
laut,sedangkan di selatan Jawa busur ini berada di bawah laut.
Busur non-volkanik disusun material-material yang berasal
dari daratan, lautdangkal, laut dalam dan kepingan lantai samudera yang
terseret,tergencet dan tercampur secara tektonik ketika lempeng
samuderamenunjam ke palung.Himpunan batuan yang campur aduk di dalampalung ini,
yang disebut melange, membentuk prisma akresi (accretionprism) di sisi dalam
palungnya.Panjang palung Jawa, tercatat sekitar 5600 km, terentang mulai dari
kepulauan Andaman-Nicobar di barat sampai ke Sumba di Timur,memiliki corak yang
beragam. Hal ini disebabkan oleh arah penunjamandan kecepatan lempeng tidak
seragam.
Arah penunjaman yang hampertegak lurus di bagian pulau
Jawa ke arah timur menghasilkan ragampenunjaman lempeng yang lebih sederhana
dibandingkan di bagianSumatra yang membentuk cesar mendatar (sesar Semangko),
karenaarah penunjaman lempengnya miring dan bahkan hampir sejajar dibagian
kepulauan Andaman.
Disisi lain, selat Sunda yang memisahkan Sumatra dan Jawa,merupakan batas geodinamik dan terdapat perubahan sudutpenunjaman yang menyolok antara bagian timur dan baratnya.Disebelah barat selatSunda, aktifitas gempa umumnya tidak melebihikedalaman 200 km sedangkan di sebelah timurnya kedalaman aktifitasgempanya meningkat mendekati 350-500 km. Unsur geodinamik lainyang dapat mempengaruhi dinamika palung adalah kondisi morfologipermukaan lempeng samuderanya. Permukaan lantai samudera biasrelatif halus atau kasar karena adanya tonjolan-tonjolan yang terdiri darigunung-gunung bawah laut (seamount), pematang tengah samudera,danplato basalt. Dengan demikian menjadi tidak terhindarkan lagipenunjaman lempeng samudera membawa juga seamount atau bentukmorfologi bawah-laut lainnya ke dalam palung.
D. PALUNG SUNDA
Di Indonesia bagian barat dan tengah, daerah pertemuan
tabrakanlempeng samudera Indo-Australia dengan lempeng benua Asia (Sumatradan
Jawa) disebut sebagai daerah ZonaSubduksi atau lebih dikenalsebagai daerah
Palung Sunda (Java Trench) yang memanjang kuranglebih 5500 km mulai dari
perairan barat Aceh sampai perairan selatanNusa Tenggara Barat. Menurut dia,
daerah ini dikenal sebagai daerahPrisma Akresi (Accretionary Prism) atau daerah
dimana batuan sedimenyang diendapkan di sekitar Palung telah mengalami
pengangkatan
karena tertekan oleh pergerakan lempeng samudera
Indo-Australia yangtersubduksi ke bawah Pulau Jawa dan Sumatra.Saat lempeng
samudera tersubduksi, batuan sedimen yangdiendapkan di daerah palung tertekan,
terpatahkan dan terangkat, daerah yang terangkat bisamuncul ke permukaan laut
sebagai busur kepulauan. Contohnya
saja,busur kepulauan yang terdapat di perairan barat Sumatera yangterdistribusi
mulai dari Pulau Simeulue sampai ke Pulau Enggano. Prosessubduksi iniakan terus
berlangsung dan terus menekandaerah prisma akresi, sehingga mengakibatkan
terakumulasinya energitekanan di daerah ini, terutama terkumpul pada bidang
batas antaralempeng samudera tersubduksi dengan batuan dasar prisma akresi
jauhdi kedalaman bawah permukaan bumi.
Daerah ini sering disebutsebagai daerah Seismogenic Zone.
Apabila batuan sediment yangtertekan sudah tidak kuat lagi menahan energi, maka
energi tersebut akan dilepaskan. Pelepasan energi oleh batuan tersebut disebut
sebagaigempa bumi tektonik yang menggetarkan batuan di daerahsekelilingnya
merambat ke segala arah di dalam lapisan bumi sebagaigetaran gempa bumi.
Getaran ini sampai ke permukaan bumi baik didarat maupun ke permukaan dasar
laut berupa gerakan horizontalmaupun vertikal yang akan merusak infrastruktur
yang ada dipermukaan tanah. Saat energi ini dilepaskan, umumnyastruktur
batuandi dalam bumi akan terdeformasi dan biasanya diikuti
pembentukanpatahan.Patahan tersebut berupa patahan naik (thrust fault)atau
patahan normal (normal fault), maupun patahan geser (strike slipfault).
Sebagai contoh pada saat terjadi gempa-tsunami dahsyat di
Acehpada tanggal 26 Desember 2004, di bawah daerah prisma akresi Acehtelah
terbentuk patahan naik sepanjang kurang lebih 200 – 250 km ataudisebut juga
sebagai megathrust fault.Disebutkan, di wilayah Jawa terdapat patahan Cimandiri
mulai dariPelabuhan Ratu (Sukabumi) hingga Lembang (Bandung), ke arah timuryang
mencapai panjang sekitar 102 km.Selain itu, patahan di sekitar Semarang, juga
termasuk patahan aktifsepanjang 20-30 km ke Timur. Sedangkan, mulai wilayah
Cirebonmenuju Jakarta terdapat patahan Baribis.''Patahan ini mulai dari
Cilacap.hingga Utara, melewati Kuningan, Majalengka kemudian Jakarta.
Sementara di wilayah Jawa Tengah terdapat patahan hingga ke Porong,Sidoarjo, Jawa Timur.Sedangkan, patahan Opak yang menimbulkangempa di Yogya beberapa waktu lalu terdeteksi sepanjang 20 km.
E. TATANAN TEKTONIK
Tatanan tektonik sebelah barat Sumatera dan selatan Jawa,
didominasi oleh pergerakan ke utara dari tepian aktif lempeng samudera Hindia
dan lempeng benua Australia terhadap lempengan Sunda dengan kecepatan sekitar
6-7 cm/tahun. Komponen gerakan lempengan yang relatif tegak lurus terhadap arah
batas lempeng sebagian besar membentuk sesar-sesar naik di sepanjang zona
subduksi Sumatera dan Java, sedangkan komponen lempeng yang parallel terhadap
batas lempeng didominasi oleh terbentuknya sesar-sesar geser pada zona sesar.
Kajian tepian tektonik aktif difokuskan untuk
mengidentifikasi bentuk geomorfologi dasar laut dari masing-masing segmen
lempeng.Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, seperti zona
subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka.Gambaran bentuk
geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut
yang terbaik di dunia.
Batas-batas bentuk geomorfologi dasar laut ini sangat
jelas terlihat pada rekaman seismic dan citra seabeam.Makin kearah selatan,
dasar laut makin banyak mengalami pensesaran normal.Sesar-sesar ini nampaknya
lebih intensif makin jauh dari palung laut.Pada sumbu palung, bentuk kerak
samudera telah banyak mengalami pensesaran dan membentuk pola-pola horst dan
graben secara luas.
Tatanan geologi kelautan Indonesia merupakan bagian yang sangat unik dalam tatanan kelautan dunia, karena berada pada pertemuan paling tidak tiga lempeng tektonik: Lempeng Samudera Pasifik, Lempeng Benua Australia-Lempeng Samudera India serta Lempeng Benua Asia.
Berdasarkan karakteristik geologi dan kedudukan
fisiografi regional, wilayah laut Indonesia dibagi menjadi zona dalam (inboard)
dan luar (outboard) yang menempati regim zona tambahan (contiguous), Zona
Ekonomi Eksklusif dan Landan Kontinen. Bagian barat zona dalam ditempati oleh
Paparan Sunda (Sunda Shelf) yang merupakan sub-sistem dari lempeng benua
Eurasia, dicirikan oleh kedalaman dasar laut maksimum 200 m yang terletak pada
bagian dalam gugusan pulau-pulau utama yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
(menurut Toponim internasional seharusnya disebut pulau Borneo).
Bagian tengah zona dalam merupakan zona transisi dari
sistem paparan bagian barat dan sistim laut dalam di bagian timur.Kedalaman
laut pada zona transisi ini mencapai lebih dari 3.000 meter yaitu laut Bali,
Laut Flores dan Selat Makasar. Bagian paling timur zona dalam adalah zona
sistem laut Banda yang merupakan cekungan tepian (marginal basin) dicirikan
oleh kedalaman laut yang mencapai lebih dari 6.000 m dan adanya beberapa
keratan daratan (landmass sliver) yang berasal dari tepian benua Australia
(Australian continental margin) seperti pulau Timor dan Wetar (Curray et al,
1982, Katili, 2008).
Zona bagian luar ditempati oleh sistem Samudera Hindia,
Laut Pasifik, Laut Timor, laut Arafura, laut Filipina Barat, laut Sulawesi dan
laut Cina Selatan. Menurut Hamilton (1979), kerumitan dari tatanan fisiografi
dan geologi wilayah laut Nusantara ini disebabkan oleh adanya interaksi
lempeng-lempeng kerak bumi Eurasia (utara), Hindia-Australia (selatan),
Pasifik-Filipina Barat (timur) dan Laut Sulawesi (utara).
Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin), dimana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia.
F. MODEL TEKTONIK TEPIAN LEMPENG AKTIF
Lempeng samudera bergerak menunjam lempeng benua
membentuk zona penunjaman aktif, sehingga wilayah perairan Indonesia di bagian
barat Sumatera dan selatan Jawa disamping mempunyai potensi aspek geologi dan
sumberdaya mineral juga berpotensi terjadinya bencana geologi (gempabumi,
tsunami, longsoran pantai dan gawir laut).
Di bagian tengah kerak samudera India ini terbentuk suatu
jalur lurus yang disebut Mid Oceanic Ridge (Pematang Tengah Samudra), sedangkan
dibagian timurnya atau sebalah barat terbentuk jalur punggungan lurus utara –
selatan yang disebut Ninety East Ridge
(letaknya hampir berimpit dengan bujur 90 timur) merupakan daerah
mineralisasi (Usman, 2006). Bagian yang dalam membentuk cekungan kerak samudera
yang terisi oleh sedimen yang berasal dari dataran India membentuk Bengal Fan
hingga ke perairan Nias dengan ketebalan sedimen antara 2.000 – 3.000 meter
(Ginco, 1999). Daerah Pematang Tengah Samudra pada Lempeng Indo-Australia
merupakan implikasi dari proses Sea Floor Spereading (Pemekaran Lantai
Samudera) yang mencapai puncaknya pada Miosen Akhir dengan kecepatan 6-7
cm/tahun,
Sebelumnya pada Oligosen awal hanya5cm/tahun (Katili,
2008).Memperlihatkan bentuk ideal geomorfologi pada tepian lempeng aktif adalah
mengikuti proses-proses penunjaman yaitu palung samudera (trench), prisma
akresi (accretionary prism), punggungan busur muka (forearc ridge), cekungan
busur muka (forearc basin), busur gunungapi (volcanic arc), dan cekungan busur
belakang (backarc basin). Busur gunungapi dan cekungan busur belakang lazimnya
berada di bagian daratan atau kontinen (Lubis et al, 2007).
Gambar Komponen tektonik ideal pada penunjaman tepian
lempeng aktif (Hamilton, 1979)
Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif.Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Batas penunjaman lempeng samudera India
dengan lempeng Eurasia secara tegas membentuk satuan geomorfologi palung
samudera dengan kedalaman antara 6.000-7.000 meter yang arahnya tegak
lurus terhadap arah penunjaman.
Sebagai konsekuensi logis penunjaman
lempeng samudera yang mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan lempeng
benua maka terbentuk satuan geomorfologi prisma akresi yang merupakan
proses campur-aduk dimana terjadi deformasi dasar laut secara besar-besaran.
Proses geologi yang umum terjadi adalah perlipatandan sesar-sesar naik yang
disertai dengan proses pengangkatan. Sesar-sesar normal dan mendatar banyak
dijumpai pada daerah yang jauh dari palung samudera terutama pada punggungan
dan tepian cekungan.
Cekungan busur muka terbentuk antara
punggungan busur muka dan busur gunungapi dimana proses sedimentasi dominan
berasal dari bagian kontinen, sehingga umumnya membentuk geomorfologi
cekungan memanjang a-symetri.
Gambaran geomorfologi dasar laut di tepian lempeng aktif di barat
Sumatera dan selatan Jawa memperlihatkan batas satuan yang jelas dan tegas
sehingga merupakan contoh bentuk geomorfologi zona penunjaman yang terbaik di
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar